Mesin tik adalah mesin atau alat elektronik dengan sebuah set tombol-tombol yang, apabila ditekan, menyebabkan huruf dicetak pada dokumen, biasanya kertas. Dari awal penemuannya sebelum tahun 1870 sampai pada abad 20, mesin ketik banyak digunakan oleh para penulis profesional dan pekerja di kantor. Sejak saat itu, mesin ketik telah menjadi bagian dari bisnis perusahaan dan menjadi produk komersil di seluruh dunia. Walaupun masih populer dengan beberapa profesi, seperti penulis, mesin ketik fungsinya telah teralihkan dengan kehadiran mesin lain. Pada akhir dasawarsa 1980-an, mesin pengolah kata dan komputer pribadi (personal computer) telah menggantikan fungsi mesin ketik di beberapa negara di dunia bagian barat. Walaupun demikian, mesin ketik masih digunakan di beberapa negara tertentu di dunia hingga saat ini. (sumber : wikipedia)
Dilansir dari media CNN Indonesia, salah satu mata anggaran yang disoroti oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 adalah anggaran pembelian mesin tik yang mencapai Rp 3 miliar per unit. Gubernur Basuki, yang akrab dipanggil Ahok, itu mengatakan mesin tik jelas masih diperlukan dalam operasional pemerintahan sehari-hari. Dalam evaluasi Kementerian Dalam Negeri terhadap draf APBD DKI Jakarta 2015, terdapat anggaran pengadaan mesin tik di enam tempat sejumlah Rp 1.701.632.500 yang tidak disetujui oleh kementerian tersebut.
Di era komputerisasi seperti saat ini, penggunaan mesin tik sepertinya semakin terpinggirkan. Tapi di instansi pemerintahan masih ada beberapa tugas-tugas yang memakai mesin tik manual. Ahok mengatakan mesin tik di kantor Pemprov DKI Jakarta antara lain dipakai untuk membuat kwitansi. "Kalau pakai printer untuk buat kwitansi ya jebol, makanya kami masih butuh mesin tik," tuturnya beberapa waktu lalu.
Namun apakah benar demikian, beberapa formulir seperti kuitansi atau nota persetujuan tentu saja bisa "diakali" dan diketik menggunakan komputer dan dicetak dengan printer. Jebol? Tentu saja tidak, asalkan dicetak satu persatu. Dari segi kelebihan jelas lebih mudah dan cepat serta tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk mengetiknya.
Seperti yang diherankan oleh Ridwan Kamil, Walikota Bandung yang mempertanyakan keberadaan mesin tik di kantor pemerintahannya. "Ini karena beberapa formulir harus diisi pakai mesin tik Pak," kata stafnya membela diri. Sebenarnya pengetikan kuitansi dan dokumen lain sudah bisa dilakukan di komputer, dengan form kuitansi yang sudah disetting sebelumnya. Namun, beberapa pegawai mengakui bahwa mereka sudah terbiasa mengetik dokumen tersebut dengan mesin tik dan ada keengganan untuk memakai komputer karena harus mengatur halamannya dengan form kuitansi yang sudah ada.
Ada fenomena unik dimana pegawai - pegawai baru (CPNS) yang kebanyakan berusia muda yang telah terbiasa dengan pengolah kata dan data elektronik musti mengetik kuitansi di mesin tik. Mereka merasa kesulitan karena jarang memakai atau bahkan belum pernah memakai alat tersebut sama sekali. Generasi di era sekarang ini memang tidak mendapatkan pelajaran mengetik lagi di sekolah.
Sungguh, tak ada yang dapat menggeser kedudukan mesin tik sekarang ini. Dan celakanya, keberadaan komputer beserta printer yang seharusnya mendukung pekerjaan, kadang berubah fungsi menjadi alat permainan. Disela-sela waktu mereka lebih memilih bermain game daripada mempelajari pembuatan dokumen elektronik (Anto WM, 2012). Dan sudah tentu dalam beberapa tahun kedepan mesin ketik tetap menjadi prioritas pegawai di kantor pemerintahan, khususnya desa dan kelurahan hingga pada saatnya nanti mesin ini akan tidak digunakan sama sekali.
Mesin tik punya kelebihan tersendiri yaitu pengoperasian tidak menggunakan sumber listrik. Jadi, kalau padam listrik tidak akan terganggu dalam membuat sebuah dokumen. Selain itu, suatu dokumen yang sudah jadi kadang susah untuk menambahkan lagi tulisan didalamnya jika menggunakan komputer. Bisa saja ditambahkan, namun harus dipaskan sedemikian rupa. Intinya mesin tik sebenarnya tidak lagi menjadi suatu alat utama dalam membuat dokumen, karena saat ini telah digantikan peranannya oleh komputer, namun benda itu dirasa cukup berguna dalam kondisi tertentu.
Mungkin saja kurang pantas rasanya kalau mesin ketik di katakan mesin kuno karena penggunanya masih tetap mencintai dan di produksi. Walaupun keberadaan tukang servis mesin tik pun sebenarnya sudah susah dicari. Jadi, simpan keheranan ketika memasuki sebuah perusahaan ataupun instansi pemerintah yang masih menggunakan dan mengadakan mesin ketik, karena mereka tak ingin di singkirkan.
Share: